Sunday, August 17, 2008

MoU commemoration

Bismillahirrahmanirrahim,

Tanggal 15 Agustus kembali berlalu. Pesta pora menyambut hari bersejarah itu telah berlalu, menyisakan 'perdamaian' dalam keseharianku.

Bagaikan air yang memabukkan, kata 'perdamaian' itu telah membutakan mata, memekakkan telinga, bahkan mematikan urat syaraf disekujur tubuhku.

Aku tak lagi mengerti arti sebuah perjuangan. Tak lagi paham makna sebuah kemerdekaan, aku bahkan lupa apa yang dimaksud dengan penindasan.

Yang penting bagiku adalah 'perdamaian', dan hari esok yang menjanjikan pesta pora selanjutnya. 17 Agustus. Ah, betapa melegakan ketika pesta pora itu datang lagi, aku akan meminum air yang memabukkan itu lagi. Terlena, terbawa imajinasi kosong melompong yang menjanjikan kenikmatan.

Jangan kau tanyakan padaku nasib bangsa Acheh, aku tak mengerti itu. Jangan pula kau ungkit-ungkit lagi masalah korban perang, aku tak pernah ingat ada perang.

Aku tak lagi ingat dulu kita pernah bersama, terjepit dalam selokan busuk ketika tentara-tentara itu mengejar kita dengan senjata siap tembak.

Aku pun sudah lupa ketika tentara-tentara itu masuk kampung dan memperkosa anak-anak remaja. Ohh..., apakah anakmu salah satu di antara gadis-gadis itu? Maaf kawan, itu sudah takdirnya, tak usah kita ungkit-ungkit lagi, belajarlah memaafkan dan lupakan.

Betapa damainya hari-hariku kini, ketika di setiap jengkal tanah Acheh di bangun markas-markas tentara untuk melindungiku dari 'musuh negara'

Lega rasanya ketika rekan-rekan lama yang membangkang 'perdamaian' ini ditumpas habis tanpa sisa. Bukankah mereka itu bodoh? Menolak kenikmatan 'perdamaian' dengan alasan klise 'kemerdekaan'?

Perdamaian... perdamaian... menggiringku masuk dalam lingkaran. Tak hanya aku, tapi juga rekan-rekanku yang setia akan 'perdamaian'. Digiring masuk kedalam lingkaran perdamaian sampai akhirnya terperangkap, berputar-putar.

Lingkaran perdamaian, lingkaran setan. Terang dan gelap tak lagi dapat dibedakan.

***

No comments: